Belajar Memahami filsafat

mohammad rofiuddin Avatar

Apa yang kamu pahami terkait filsafat? Untuk menjawab pertanyaan tersebut tentu harus memahami para pendapat para ahli mengenai filasafat. Plato (427-347 SM) mendefisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang segala yang ada. Pada masa itu tentu belum ada batas antara ilmu dan filsafat. Sementara Aristoteles (384-322 SM) menempatkan filsafat bersifata ilmu yang umum sekali, beliau beranggapan bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Plato dan Aristoteles merupakan salah satu filosof-filosof peletak dasar pemikiran dan menjadi benih-benih gagasan besar dalam perubahan masyarakat (Budiwan, 2016).

Filsuf Epicuros (341-270 SM); memandang filsafat sebagai jalan mencari kepuasan dan kesenangan dalam hidup (Sagala et al., 2024). Namun begitu kesenagan itu tidak harus dimanfaatkan secara berlebihan (Setianingsih, 2018). Sementara Cicero (106-43 SM) mendefinisikan filsafat sebagai pengetahuan tentang ilmu tinggi-tinggi saja dan jalan untuk mencapai ilmu itu (Luthfiah et al., 2023) . Selalin itu Cicero mengenalkan civil society pertama kali dalam filsafah politiknya dengan istilah societies civilis yang identic dengan negara (Mutmainah, 2016).

Pada perkembangannya pada tahun masehi Al Farabi (870 – 950 M) mendefinisikan filsafat sebagai ilmu pengetahuan tentang alam maujud, bagaimana hakikatnya yang sebenarnya. Immanuel Kant (1724-1804 M), Filsafat adalah pokok dan pangkal segala pengetahuan dan pekerjaan (Budiwan, 2016; Luthfiah et al., 2023). Kant, menjadikan filsafat kritis sebagai acuan utama dengan tidak mengenyampingkan peran unsur-unsur fenomena yang lain (Budiwan, 2016). Leibniz (1646-1716), membandingkan filsafat dengan akar suatu pohon, maka dahan-dahan pohon itu terjadi dari ilmu yang lain satu demi satu (Segara, 2014). Fichte (1762-1814 ), Filsafat adalah ilmu dari ilmu-ilmu yakni ilmu yang umum yang menjadi dasar segala ilmu (Budiwan, 2016).

Al-Kindi mendefinisikan filsafat sebagai ilmu mengenai hakikat sesuatu dalam batas kesanggupan manusia yang meliputi didalamnya ilmu ketuhanan, ilmu keesaan (wahdaniyyah), ilmu keutamaan (fadhillah) dan kajian apapun yang sifatnya berguna bagi kehidupan manusia (Luthfiah et al., 2023). Sementara Ibnu Sina mendefinisikan filsafat sebagai sebuah usaha untuk menyempurnakan jiwa melalui konseptualisasi atas segala hal dan pembuktian atas realitas-realitas teoritis dan praktis berdasarkan kemampuan manusia (Luthfiah et al., 2023). Harun Hadiwijono; Filsafat adalah usaha manusia dengan akalnya untuk memperoleh suatu pandangan dunia dan hidup yang memuaskan hati (Mudzakir, 2016). Paul Natorp menyebut filsafat sebagai suatu ilmu dasar yang menentukan kesatuan pengetahuan manusia dengan menunjukkan dasar akhir yang sama (Kartini, 2023). Dari uraian-uraian definisi tersebut maka dapat dipahami pula bahwa filsafat merupakan cara mencari kebenaran yang berdasarkan kemampuan manusia.

Ada tiga ciri berpikir filsafat 1) Radikal, berpikir radikal, berpikir sampai ke akar-akarnya, tidak tanggung-tanggung, sampai pada konsekuensinya yang terakhir. 2) Sistematis, berpikir sistematis ialah berpikir logis, yang bergerak selangkah demi selangkah dengan penuh kesadaran dengan urutan yang bertanggungjawab dan saling-hubungan yang teratur. 3) Universal, yang umum, berpikir universal tidak berpikir khusus. Terbatas pada bagian-bagian tertentu, tetapi mencakup keseluruhannya. Yang universal adalah yang mengenai keseluruhan (Afni et al., 2023; Aurelia et al., 2023; Daulay, 2022; Susanti et al., 2023).

Memahami Ilmu

Ilmu dalam bahasa Arab ’alima di pahami sebagai pengetahuan, begitu juga dalam bahasa Inggris science yang juga berarti pengetahuan. Ilmu haruslah sistematis dan berdasarkan metodologi dan berusaha mencapai generalisasi. Ilmu dapat dibagi menjadi dua: ilmu murni (pure science), yang bersifat teori; dan ilmu terapan (applied science), yang bersifat praktik (Arifin, 2023; Ulyani et al., 2023).

Kenapa harus mempelajari filsafat ilmu

Mempeljari filsafat ilmu tidak lepas karena paradigma manusia seutuhnya, dalam soal pemikiran sangat membutuhkan penetrasi ke hakikat, ke esensi, atau apa yang ada di balik yang phisik. Urgensinya semua ilmuan harus harus mengetahui hakikat ilmu, posisi ilmu dalam cakrawala pengetahuan manusia, posisi ilmu dalam eksistensi manusia.

Memahami filsafat ilmu

Filsafat ilmu merupakan refleksi yang mengakar terhadap prinsip-prinsip ilmu. Prinsip ilmu adalah sebab fundamental dan kebenaran universal yang melekat di dalam ilmu. Definisi lainnya filsafat ilmu adalah usaha yang terus menerus untuk memperoleh pandangan yang mendalam dan mendasar tentang ilmu. Filsafat ilmu berusaha mengkaji hakekat ilmu yang mempunyai banyak keterbatasan, sehingga dapat diperoleh pemahaman yang padu mengenai berbagai fenomena alam yang telah menjadi objek ilmu itu sendiri, dan yang cenderung terfragmentasi.

Pilosofi dasar dari filsafat ilmu meliputi ontologi, epistemologi,dan axiologi (Kasim, 2018).

  • Ontologi adalah ilmu yang menyelidiki segala sesuatu yang ada. Dengan kata lain Ontologi merupakan ilmu yang membahas tentang hakikat keberadaan, yaitu realitas hakiki yang berwujud jasmani dan rohani. Ontologi juga berarti teori atau kajian tentang keberadaan sebagai ciri dasar seluruh realitas, serta identik dengan metafisika.
  • Epistemologi merupakan ilmu yang mempelajari asal usul atau sumber, struktur, metode dan keabsahan suatu ilmu. Bagaimana upaya intelektual untuk menempatkan sesuatu pada kedudukannya yang semestinya atau dengan kata lain cara memperoleh Pengetahuan itu sendiri. Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam mempeloleh pengetahun yaitu, empirisme, rasionalisme, Fenomenalisme, Intuisionisme, Kritik, dan Metode ilmiah (empiris dan akal).
  • Aksiologi dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari hakikat tertinggi, realitas dan makna nilai (kebaikan, keindahan dan kebenaran). Dengan demikian aksiologi merupakan ilmu yang mempelajari hakikat tertinggi nilai etika dan estetika. Aksiologi selalu dikaitkan dengan persoalan nilai kegunaan ilmu pengetahuan. Aritnya Ilmu pengetahuan tidak bebas nilai

Memahami filsafat Ekonomi

Plato menyebutkan bahwa the core of ethics adalah eudomonia. Bahwa tujuan hidup/tindakan adalah untuk mencapai kebahagiaan personal. Kebahagian juga dipahami secara sederhana yaitu hidup yang penuh dan bermutu. Untuk mencapai personal happiness, cara terbaiknya dengan Self interest. Perlu dipahami juga bahwa pemaknaan personal buka bersifat atomistik, melainkan organik (dalam bentuk polis). Plato meyakini bahwa kalau self-interest itu benar, maka tidak akan pernah excessive, karena harus “balance”. Artinya etika dalam hal ini juga bisa dipahami dengan mengedepankan keadilan dan keadilan (Guizzo & Paré-Ogg, 2023).

Filsafat ekonomi merupakan prinsip dasar dari sebuah sistem ekonomi yang akan dirancang dan dibangun. Berdasarkan filsafat ekonomi ini dapat diderivasikan berbagai misi dan tujuan ekonomi yang akan dicapai seperti prinsip ekonomi, tujuan konsumsi, produksi, distribusi, pembangunan ekonomi, kebijakan moneter,kebijakan fiskal, dan lainnya (Takhim & Purwanto, 2018)

Referensi

Afni, F., Rosif, E., Fatahilla, L., & Baihaqi, M. I. (2023). Filsafat Ilmu: Ide, Gagasan, Penalaran Dan Logika Sebagai Dasar Pengetahuan. Tashdiq: Jurnal Kajian Agama Dan Dakwah, 1(3), 91–100.

Arifin, M. P. (2023). Applied Science Dalam Wacana Tafsir Ilmi. Al-Munir: Jurnal Studi Ilmu Al-Qur’an Dan Tafsir, 5(1), 1–42.

Aurelia, D., Adenan, A., Zauldiyariza, Z., & Ritonga, R. R. (2023). Urgensi Filsafat Islam dalam Pengembangan Wawasan Pemikiran Mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara. Islam \& Contemporary Issues, 3(2), 40–45.

Budiwan, J. (2016). Kritik Immanuel Kant Terhadap Faham Rasionalisme Dan Empirisme. QALAMUNA: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Agama, 8(02).

Daulay, A. R. (2022). Integrasi Ilmu Agama Dan Sains Terhadap Pendidikan Islam Di Era Modern. Journal Of Social Research, 1(3), 716–724.

Guizzo, D., & Paré-Ogg, C. (2023). Economics with (out) ethics? An interdisciplinary encounter between public economists and John Rawls in the 1970s. The European Journal of the History of Economic Thought, 30(5), 906–933.

Kartini, K. (2023). Filsafat Ilmu sebagai Dasar Perkembangan Ilmu Pengetahuan. Jurnal Edukasi Nonformal, 4(1), 398–407.

Kasim, S. (2018). Wayang dalam kajian ontologo, epistimologi dan aksiologi sebagai landasa filsafat ilmu. Jurnal Sangkareang Mataram, 4(1), 47–50.

Luthfiah, N., Salminawat, S., Khadna, S. F., & Ulfa, M. (2023). Filsafat Dan Kriteria Kebenaran Dalam Perspektif Islam Dan Barat. At-Tajdid: Jurnal Pendidikan Dan Pemikiran Islam, 7(1), 36–54.

Mudzakir, M. (2016). Peran Epistemologi Ilmu Pengetahuan dalam Membangun Peradaban. Kalimah: Jurnal Studi Agama Dan Pemikiran Islam, 14(2), 273–296.

Mutmainah, M. (2016). Pendidikan Islam, Civil Society Dan Problem Standarisasi Mutu. Syaikhuna: Jurnal Pendidikan Dan Pranata Islam, 7(1), 133–156.

Sagala, A. F. V., Aulia, P., Anggraeni, S. T., & Pratama, M. A. (2024). Konsep Hukum dan Etika Kebahagiaan Epicurus. Praxis: Jurnal Filsafat Terapan, 1(02).

Segara, I. N. Y. (2014). Filsafat Perennial: Melacak Kesatuan Transendental dalam Kehidupan Antarumat Beragama. Jurnal Pasupati Vol, 3(1), 6.

Setianingsih, E. S. (2018). Wabah gaya hidup hedonisme mengancam moral anak. Malih Peddas (Majalah Ilmiah Pendidikan Dasar), 8(2), 139–150.

Susanti, S., Rahmah, K., Syafitri, N. M., & Purba, D. N. A. P. (2023). Analisis Karakter Menggunakan Teori Filsafat Pendidikan Pada Anak Panti Asuhan Sahabat Keluarga Indonesia. Morfologi: Jurnal Ilmu Pendidikan, Bahasa, Sastra Dan Budaya, 1(6), 178–187.

Takhim, M., & Purwanto, H. (2018). Filsafat Ilmu Ekonomi Islam. Syariati: Jurnal Studi Al-Qur’an Dan Hukum, 4(01), 105–114.

Ulyani, A. S., Sulaeman, E., Uyuni, Y. R., & Solihin, B. (2023). Peran Filsafat Dalam Pengembangan Administrasi Pendidikan. INDOPEDIA (Jurnal Inovasi Pembelajaran Dan Pendidikan), 1(1), 214–223.

Tagged in :

mohammad rofiuddin Avatar

More Articles & Posts