Dinamika Konsumsi dalam Perekonomian

mohammad rofiuddin Avatar

Perekonomian yang baik dalam suatu daerah, wilayah atau negara merupakan harapan oleh semua kalangan, terutama para pelaku ekonomi dan pengambil kebijakan ekonomi. Kondisi perekonomian tersebut tentu juga menggambarkan adanya peningkatan aktivitas ekonomi pada berbagai level, baik pada pasar barang dan jasa, pasar uang bahkan pada pasar internasional. Salah satu komponen penting dari setiap aktivitas ekonomi yaitu kegiatan atau aktivitas konsumsi. Yang merupakan kegiatan penggunaan barang atau jasa hingga habis, baik secara bertahap maupun sekaligus. Pelakunya tentu bisa dari berbagai tingkatan, baik yang dilakukan oleh rumah tangga, swasta dan pemerintah.

Banyak faktor yang menentukan atau mempengaruhi besar kecilnya kegiatan konsumsi. Faktor-faktor tersebut diantaranya tingkat pendapatan, kekayaan, tingkat harga dari barang dan jasa, selera dan preferensi, serta ekspektasi ekonomi. Faktor lainnya yang juga mendorong konsumsi yaitu tingkat bunga, kondisi sosial ekonomi dan tingkat pendidikan. Kondisi yang baik pada masing-masing faktor tersebut akan berdampak pada pola permintaan konsumsi barang dan jasa yang terus meningkat dari waktu ke waktu. Pada lain sisi, katakanlah dalam rumah tangga, tentu jumlah keluarga, jenis kelamin dan usia juga menentukan naik turunnya aktivitas konsumsi yang ada dalam rumah tangga tersebut. Begitu juga kegiatan sosial keagamaan dan adat istiadat, juga mendorong meningkatkan konsumsi barang dan jasa yang ada di dalam masyarakat. Artinya perlu adanya elaborasi dari keseluruhan faktor-faktor tersebut serta faktor lainnya yang akhirnya akan berdampak pada peningkatan konsumsi secara agregat yang terjadi pada suatu wilayah atau negara

Dinamika yang terjadi pada faktor-faktor tersebut tentu mempunyai respons yang berbeda-beda terhadap pola konsumsi, bahkan dampak yang lebih luas terhadap kondisi makro ekonomi suatu wilayah atau negara. Tingkat pendapatan tentu menjadi faktor utama yang menentukan pola konsumsi. Peningkatan bersih yang terjadi pada level individu, rumah tangga, swasta serta pemerintah akan berdampak pada peningkatan pola konsumsi atau belanja. Hal tersebut sejalan dengan teori konsumsi yang secara umum menyebutkan bahwa semakin tinggi tingkat pendapatan maka semakin tinggi tingkat konsumsinya. Maka dengan adanya perubahan pola konsumsi yang terjadi pada level individu atau rumah tangga, swasta serta pemerintah pada akhirnya mempengaruhi nilai konsumsi agregat secara umum yang pada akhirnya berpengaruh pada aktivitas perekonomian membaik.

Peningkatan kekayaan juga akan berdampak pada peningkatan konsumsi. Dimana awal mulanya peningkatan kekayaan dapat berasal dari berbagai kondisi. Salah satunya berasal dari akumulasi pendapatan dari tahu-tahun sebelumnya. Selain itu perubahan nilai kekayaan juga bisa terjadi karena inflasi (misal nilai jual rumah dan tanah meningkat), perubahan nilai aset, kenaikan harga saham atau surat berharga lainnya. Maka dengan adanya peningkatan kekayaan tersebut akan meningkat daya beli individu/rumah tangga bahkan pemerintah. Selanjutnya adanya peningkatan daya beli akan mendorong individu/rumah tangga untuk meningkatkan pola konsumsinya ke level yang lebih tinggi. Terutama pada barang atau jasa yang relatif tinggi atau membutuhkan nilai kekayaan tertentu untuk mendapatkannya.  Dengan kata lain peningkatan kekayaan dapat meningkatkan jangkauan nilai konsumsi ke yang lebih besar, yang sebelumnya tidak dapat dipakai. Akumulasi secara agregat nilai kekayaan yang terjadi pada individu sampai pada level pemerintah akan meningkatkan permintaan terhadap barang dan jasanya lebih tinggi, yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas perekonomian secara keseluruhan.

Ekspektasi yang baik terhadap kondisi perekonomian tentu akan berdampak pada nilai konsumsi. Katakanlah ekspektasi individu terhadap harga tanah di masa depan, maka akan mempengaruhi konsumsi dalam pembelian tanah untuk masa sekarang. Begitu juga ekspektasi kurang baik pada harga saham di masa depan, maka akan berdampak pengurangan atau stagnasi pada pola konsumsi yang terjadi di masyarakat. Dengan demikian ekspektasi mempunyai peran yang cukup penting dalam penentuan pola konsumsi yang ada di masyarakat. Hal tersebut juga berlaku pada konsumsi swasta dan atau pemerintah sebagai respons atas layanan yang harus diberikan kepada masyarakat. Secara ekonomi apabila di masyarakat mempunyai ekspektasi yang sama pada suatu barang atau jasa, maka akan berdampak pada peningkatan aktivitas ekonomi, berupa peningkatan tawar menawar dan nilai transaksi. Namun demikian ekspektasi yang berlebih atau kurang tepat akan mempengaruhi perilaku ekonomi yang kurang baik.

Secara umum perubahan atau terjadinya dinamika pada faktor-faktor penentu pola konsumsi akan berdampak pada perekonomian, baik secara positif maupun negatif. Katakanlah peningkatan suku bunga akan menurunkan pola konsumsi dan meningkatkan pada saving atau investasi. Selanjutnya penurunan harga atas barang dan jasa mempengaruhi meningkatnya permintaan atas barang dan jasa tersebut. Begitu juga perubahan selera atau preferensi untuk mengikuti tren akan berdampak pada peningkatan konsumsi. Bahkan peningkatan usia pada level tertentu meningkatkan pola konsumsi dan pada level usia selanjutnya mengurangi pola konsumsinya. Dan banyak kondisi dan dinamika yang terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak pada geliat aktivitas perekonomian.

Konsumsi mempengaruhi pertumbuhan ekonomi secara sederhana dapat dilihat pada perekonomian dua sektor. Bahwa pendapatan nasional salah satu komponen yaitu konsumsi. Sehingga peningkatan pada nilai konsumsi secara fungsional akan berdampak pada peningkatan pendapatan nasional. Kondisi tersebut juga berlaku pada perekonomian tiga sektor maupun perekonomian terbuka.  Artinya peningkatan konsumsi pada semua level atau semua sektor ekonomi akan berpengaruh secara langsung pada peningkatan perekonomian, dengan besaran porsi nya masing-masing. kondisi ini juga berlaku pada sebaliknya, sehingga perlu ada kebijakan-kebijakan yang dapat mempromosikan konsumsi secara berkelanjutan.

Kebijakan yang memadai dan tepat sasaran sangat dibutuhkan untuk meningkatkan pola konsumsi, dalam hal ini meningkatkan daya beli. Daya beli dalam kasus indonesia, dapat dilakukan dengan cara peningkatan dana perlindungan sosial. Kebijakan tersebut akan dihadapkan pada tantangan yang sangat rumit dan ribet, serta adanya multi kepentingan dari berbagai pihak, termasuk di dalamnya kepentingan politik dan sebagainya. Sehingga perlu ada evaluasi dan inovasi dalam proses distribusi nya, sehingga dana perlindungan sosial betul-betul tepat sasaran dan dapat meningkatkan pola konsumsi yang ada di masyarakat. Pada sisi yang lain dalam rangka mendorong peningkatan konsumsi dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu melalui kebijakan fiskal maupun moneter. Pada kebijakan fiskal salah satunya yaitu dengan menurunkan pajak. Adanya penurunan pajak tentu akan direspons dengan peningkatan konsumsi, karena masyarakat akan mendapatkan harga yang umumnya lebih murah dari sebelumnya. Sementara pada sisi moneter yaitu penurunan suku bunga, yang akan direspons dengan meningkatnya konsumsi dari pada menabung.  Keduanya tentu memiliki tantangan tersendiri, penurun pajak akan berpotensi pada pengurangan pendapatan. Begitu juga penurunan suku bunga akan dihadapkan pada stabilitas perbankan. Namun begitu adanya integrasi pada semua level pengambil kebijakan akan mendapatkan hasil yang diinginkan yaitu peningkatan nilai konsumsi, yang pada akhirnya berpengaruh terhadap perekonomian nasional.

Tagged in :

mohammad rofiuddin Avatar

More Articles & Posts